“Setemen temene batur iku kang temen temen” (bahasa jawa), artinya “sebaik baiknya teman adalah yang sungguh-sungguh menjaga perteman sampai akhirat”.
Bersyukurlah bila dikaruniai banyaknya teman. Teman-teman yang hadir dalam kehidupan kita itu beragam, ada teman yang mampir hanya untuk mengulang masa kebersamaan (motif; tarikhan), ada yang datang karena untuk keperluan usaha dan pinjaman (motif; tijaaratan/dainan), ada teman yang hadir hanya sekedar menggangu dan menguji kesabaran alias menyebalkan (motif: Waswasan), bahkan tidak sedikit saling sapa dan jumpa karena kepentingan politik semata (motif; siyaasiyan), sebagaimana saat ini hangat terjadi “untuk tipe yang satu ini perlu ekstra hati-hati”. Kemudian ada juga teman karena adanya kesukaan yang sama (motif; hubban): sama-sama suka main bola, suka ngopi dsb.
Saya kira kita gak perlu pilah pilih teman. Bertemanlah dengan siapa saja! adapun nilai-nilai dan pandangan hidup yang muncul dari pertemanan itu baru kita pilah-pilih, karena pola pikir dan pola hidup kita saat ini adalah hasil dari dialektika kita dengan lingkungan/teman, bahkan hasil dialek teman seringkali lebih mendominasi dari pada hasil dialek kita dengan orang tua dan guru. Secara umum teman itu ada tiga tipe: ada yang seperti 1).داء/penyakit, 2).دواء/obat & 3).مائدة/makanan,hidangan”. Dari ketiga tipe tersebut, manakah tipe yang banyak hadir dalam kehidupan kita? Sila renungkan!
Dengan banyaknya teman secara tidak langsung membuka wawasan & kedewasaan kita dalam berpikir, membangun network (sillaturraahim, sillatulilmi wa sillatulmaal), ada prakata baik yang pernah saya dengar “Untuk bertahan hidup, kita memang perlu bekerja keras… Tapi untuk menuju tahapan hidup yang lebih tinggi lagi”, kita perlu membangun relasi, semakin banyak relasi, maka semakin besar pula kemungkinan untuk sukses” inilah yang dinamakan kumpulan aksi, kreasi dan kolaborasi. Kemudian point yang tak kalah penting dari manfaat banyaknya teman adalah “edukasi”, artinya orang/teman adalah cermin (المرء مرءة) kita diajak belajar mengenal banyak karakter dari berbagai latar belakang agar lebih memahami konsep kehidupan, hal ini selaras dengan perintah Tuhan.
Finaly, mencari teman baik/shalih itu susah, tapi melepaskannya sangat mudah, terlebih menjelang musim PILEG & PILPRES yang sarat angkara, tak sedikit antar pendukung saling mensucikan dan mendewakan pilihannya dan menodai pilihan selainnya yang tidak sesuai dengan nafsunya, narasi agama tak lagi menyentuh kalbunya, spektrum logika tersekat lava nafsunya, hingga jalinan pertemanan tergadai dengan begitu murah.
Oleh karenanya, mari bergaul sesering mungkin dengan teman yang selalu membangun komunikasi aura positif dan produktif, selalu mendorong untuk selalu komunikasi secara intens terhadap sang Khalik. Hal yang harus diingat adalah bilamana kita memiliki teman-teman yang shalih maka “mereka akan menjadi syafa’at kita di hari kiamat”, Aamiin.
Penyesalan salah gaul/teman dalam surat Al-Furqan;
يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلانًا خَلِيلا (٢٨) لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلإنْسَانِ خَذُولا (٢٩)
“Wahai, Malanglah/celaka aku! Sekiranya aku tidak menjadikan si dia itu teman karib. Sungguh, dia telah menyesatkan aku dari peringatan ketika itu telah datang kepadaku.”
Wallahu a’lam.
By: Ahmad Idhofi